0

Share Folder Windows ke Ubuntu melalui Virtual Box

Posted by Alfian Abdul Ghaffar on 02.48

Pernahkah diantara kawan-kawan semua mengalami kesulitan dalam menshare folder dari Windows 7 ke Linux Ubuntu Melalui Virtual Box?. ini yang pernah saya alami dimana yang saya gunakan windows 7 sebagai OS Host dan linux ubuntu sebagai OS guest .
Dalam tutorial kali ini akan saya paparkan langkah-langkahnya :
1. Install Guest Additions
2. Setting Shared folder di VirtualBox
3. Install Shared Folder di Ubuntu


Penjelasan :

1. Install Guest Additions :
- Jalanin OS ubuntu melalui VirtualBox (tunggu sampai selesai loading startup)
- Klik "Devices" yg ada dibagian kanan atas
- klik "Install Guest Additions"
- tunggu dan harusnya ada kotak kecil yang muncul, di "No" saja
- klik "Places" dan klik lagi "VBOXADDITIONS.xx.x.xx"












- Klik tombol "Open Autorun Prompt"
- Klik "Run for execute installation" jika minta password, masukan password anda.





- Tunggu sampai proses instalasi selesai, jika sudah yakin selesai tekan Enter
- Restart Ubuntu anda

2. Setting Shared folder di VirtualBox :
- Buka VirtualBox
- Pastikan Ubuntu anda sedang tidak dijalankan atau dalam keadaan mati
- Klik pada OS Ubuntu anda
- klik "setting"
- Klik "shared Folder" pada tab sebelah kiri
- klik simbol "folder plus"(1),
- pilih folder/partisinya "folder path"(2)
- isi nama folder "Folder Name" note: nama harus diingat, bilaperlu dicatat.
- conteng "make permanent" dan Jangan conteng "read-only" lalu "ok"









3. Install Shared Folder di Ubuntu anda :
- Jalankan OS ubuntu anda melalui VirtualBox(tunggu sampai selesai loading startup)
- klik "Applications"
- klik "Terminal"
- kita akan membuat folder baru dalam hal ini ane membuatnya dalam folder "MEDIA"
- ketik "/media$ pwd" kemudian Enter
- ketik "sudo mkdir windows7share" kemudian Enter





- ketik "sudo mount -t vboxsf H_DRIVE /media/windows7share"
  Catatan: font yang saya berwarna merah adalah nama folder yang ada di Step 2





Catatan: untuk membuat settingan kita ini permanent setiap kali agan nyalain ubuntu :
- buka file "/etc/init.d/rc.local"
- lalu tambahkan command :
"sudo mount -t vboxsf H_DRIVE /media/windows7share"
Catatan: Font yang berwarna merah adalah nama folder yang ada di Step 2.

0

Installation SIPP & Command SIPP (pengujian trafik generator)

Posted by Alfian Abdul Ghaffar on 06.19
Have you ever wondered what were the capabilities of your Asterisk server in terms of ability to call processing ? Well here is a tool that allows you to get an overview of hardware and software limits of your Asterisk server. The tool is called open source SIPP and is available via Sourceforge.
SIPP is a testing tool and a traffic generator based on SIP. It uses scenarios based user agent SipStone (UAC et UAS) and helps establish and terminate calls using the standard SIP INVITE and methods BYE.
SIPP provides a dynamic display of statistics to test execution. For example, we can see the call rate during, the round trip delay between client and server, and statistics on the SIP messages. Besides, tool allows the use of TCP and UDP connections on multiple, and the dynamic management of the current call rate.
Its advanced features include support for IPv6, la transmission sécurisée TLS, l’authentification SIP, use of conditional scenarios, UDP broadcasts, regular expressions for the extraction and reinjection protocol data, actions on messages such as newspapers, system calls and stop calls, and the injection of data to emulate real users.
You can also make the tool with the transmission media through RTP audio replay "ECHO RTP" and "RTP pcap". The media may be audio only or audio and video.
Designed for testing traffic, Stress and Performance, SIPP can also be used for the execution of a single call, providing a result of failure or instant success.
We will therefore use SIPP to emulate a number of user agents calling our Asterisk server.

Installation

Download the source code for the latest version "3.1" by executing the following command lines:
cd /usr/src
wget http://sourceforge.net/projects/sipp/files/sipp/3.1/sipp.3.1.src.tar.gz/download
tar-zxvf sipp.3.1.src.tar.gz
rm –f sipp.3.1.src.tar.gz
cd sipp.svn
make

Configuration

We now need to add some code that will receive calls from SIPP and treat. For this, we define an extension 7447, SIPP is on the telephone keypad, who will answer the call, play music on hold 20 seconds and finally end the call. To do, Simply edit the file / etc / asterisk / extensions_custom.conf and add the following lines :
[sipp]
exten => 7447,1,Answer
exten => 7447,2,SetMusicOnHold(default)
exten => 7447,3,WaitMusicOnHold(20)
exten => 7447,4,Hangup
You should now allow SIPP connect to your server and to handle calls. To do, Simply edit the file / etc / asterisk / sip_custom.conf and add the following lines :
[sipp]
type=friend
context=sipp
host=dynamic
port = 6000
user=sipp
canreinvite = no
disallow=all
allow=ulaw
Now, do not forget to reload the configuration of Asterisk by running the following command line:
asterisk -rx reload

Field Test

Caution: Do not perform this test on a production system in operation, this could compromise the quality of your service users.
Before starting the stress test in our server Asterisk, look at the current activity on the server via the interface FreePBX. We should see that the activity in terms of active call is zero.

Now, perform the test by running the following command line:
./sipp -sn uac -d 20000 -with 7447 127.0.0.1 -l 120
This test will use a user agent to connect to the extension 7447 on the local interface (127.0.0.1) our Asterisk server for a period of 20 seconds (20000 milliseconds). The maximum limit in terms of simultaneous calls will be 120 Call.
You may use the following buttons to control how the test:
  • 0 9: To move from one screen to another
  • + , – , * , / : To adjust the quantity of calls
  • q: Exit
  • p : To pause
You can see the test results by analyzing data from various screens SIPP. To move from one screen to another, simply press the numbers 1 to 9.




During the test, Do not forget to watch the current activity on the server via the interface FreePBX. You should see that the activity in terms of appeal is 120 and can also see the current load on your processor at that time.
Make variances by changing the settings SIPP. Make your own conclusions about the capabilities of your server.

Command Pengujian :

sipp -sn uac -d 1000 -s 1111 10.4.74.74 -r 5

0

Instalasi SIPp untuk Menguji Asterisk

Posted by Alfian Abdul Ghaffar on 22.40

screen-shot sipp
screen-shot sipp
SIPp merupakan program opensource yang digunakan untuk membangkitkan trafik protocol SIP. Didalamnya terdapat skenario user agent (UAC dan UAS) dan untuk membangun dan merelease beberapa panggilan dengan metode INVITE dan BYE. SIPp ini dapat digunakan untuk menguji kemampuan dan performansi Asterisk, berapa banyak ia dapat menghandle panggilan SIP dalam satu waktu. Source code SIPp dapat didownload dari sini. Ada beberapa mode instalasi SIPp yang mungkin, yaitu:
  1. Tanpa TLS (Transport Layer Security) dan tanpa dukungan authentication : mode ini merupakan setup yang direkomendasikan jika kita tidak memerlukan otentikasi SIP dan/atau TLS.
       # tar xvzf sipp-xxx.tar.gz
       # cd sipp-xxx
       # make
    
  2. Dengan dukungan TLS dan authentication. Mode ini memerlukan library OpenSSL (>=0.9.8). Di debian diperlukan package libssl-dev. Ini seperti software SIP client yang harus terlebih dahulu melakukan otentikasi username dan password ke server Asterisk sebelum melakukan panggilan.
       # tar -xvzf sipp-xxx.tar
       # cd sipp
       # make ossl
    
  3. Dengan PCAP play dan tanpa dukungan authentication. Mode ini memerlukan libpcap dan libnet. Di Debian, diperlukan package libpcap-dev. Dengan PCAP trafik media (RTP) yang berupa audio atau audio+video dapat dikirimkan dengan RTP echo dan RTP/pcap replay.
      
      # tar -xvzf sipp-xxx.tar
      # cd sipp
      # make pcapplay
    
  4. Dengan PCAP play dan dukungan authentication, sehingga autentikasi dan pengiriman media RTP dapat dilakukan. Mode ini memerlukan openssl, libpcap dan libnet.
      
      # tar -xvzf sipp-xxx.tar
      # cd sipp
      # make pcapplay_ossl
    
Saya sendiri lebih menyukai instalasi dengan dukungan PCAP play dan otentikasi, sehingga UAC ini menyerupai sistem (SIP client) yang real.
Dalam pengiriman media, SIPp mempunyai beberapa mode transport, yaitu
  1. UDP mono socket (default).
    Di mode ini (dengan parameter di baris perintah SIPp “ -t u1“), satu soket IP/UDP dibuka antara SIPp dan server remote. Semua panggilan akan menggunakan socket ini. Mode ini umumnya digunakan untuk mengemulasikan hubungan antar 2 server SIP.
  2. UDP multi socket.
    Di mode ini (dengan parameter di baris perintah SIPp “ -t un“), satu soket IP/UDP dibuka untuk tiap panggilan baru antara SIPp dan server remote. Mode ini biasanya digunakan untuk mengemulasikan user agent (UA) dalam melakukan panggilan ke server SIP.
  3. TCP mono socket.
    Di mode ini (dengan parameter di baris perintah SIPp “-t t1“), satu soket IP/TCP dibuka antara SIPp dan server remote. Semua panggilan akan menggunakan socket ini. Mode ini umumnya digunakan untuk mengemulasikan hubungan antar 2 server SIP.
  4. TCP multi socket.
    Di mode ini (dengan parameter di baris perintah SIPp “-t tn”), satu soket IP/TDP dibuka untuk tiap panggilan baru antara SIPp dan server remote. Mode ini biasanya digunakan untuk mengemulasikan user agent (UA) dalam melakukan panggilan ke server SIP.
  5. TLS mono socket.
    Di mode ini (dengan parameter di baris perintah SIPp “-t l1“), satu soket secure TLS dibuka antara SIPp dan server remote. Semua panggilan akan menggunakan socket ini. Mode ini umumnya digunakan untuk mengemulasikan hubungan antar 2 server SIP. Saat menggunakan TLS transport, SIPp memerlukan 2 file di direktori lokal, yaitu certificate (cacert.pem) dan kuncinya (cakey.pem). Jika salah satu terkunci dengan password, SIPp akan menanyakan password tersebut. SIPp juga mendukung X509 CRL (Certificate Revocation List). CRL dibaca dan digunakan jika baris perintah “-tls_crl” diberikan.
  6. TLS multi socket.
    Di mode ini (dengan parameter di baris perintah SIPp “-t ln“), satu soket secure TLS dibuka untuk tiap panggilan baru antara SIPp dan server remote. Mode ini biasanya digunakan untuk mengemulasikan user agent (UA) dalam melakukan panggilan ke server SIP.
  7. IPv6 support.
    SIPp 1.1 memberikan dukungan IPv6. Untuk menggunakannya, spesifikasikan alamat IP lokal (dengan parameter di baris perintah SIPp “-i”) dengan alamat IP IPv6. Contoh berikut untuk server UAS yang listen di port 5063 dan client UAC mengirimkan trafik IPv6 ke port tersebut.
      ./sipp -sn uas -i [fe80::204:75ff:fe4d:19d9] -p 5063
      ./sipp -sn uac -i [fe80::204:75ff:fe4d:19d9] [fe80::204:75ff:fe4d:19d9]:5063
    
Saat mode transport “multi-socket” digunakan, jumlah maksimum soket yang dapat dibuka (yang berkaitan dengan
jumlah panggilan simultan yang dapat dilakukan) akan ditentukan oleh sistem. Begitu jumlah maksimum soket yang dibuka mencapai batas, trafik akan didistribusikan ke soket-soket yang telah dibuka. Batas jumlah soket yang digunakan dapat diset dengan memberikan option “-max_socket” ke perintah SIPp.
Saya lebih sering menggunakan mode “UDP mono socket”.

0

Setting Koneksi VPN Pada Ubuntu 9.10

Posted by Alfian Abdul Ghaffar on 17.36

Sekilas tentang VPN :
VPN (Virtual Private Network) merupakan suatu cara untuk membuat sebuah jaringan bersifat “private” dan aman dengan menggunakan jaringan publik misalnya internet. VPN dapat mengirim data antara dua komputer yang melewati jaringan publik sehingga seolah-olah terhubung secara point to point. Data dienkapsulasi (dibungkus) dengan header yang berisi informasi routing untuk mendapatkan koneksi point to point sehingga data dapat melewati jaringan publik dan dapat mencapai akhir tujuan.
Sedangkan untuk mendapatkan koneksi bersifat private, data yang dikirimkan harus dienkripsi terlebih dahulu untuk menjaga kerahasiaannya sehingga paket yang tertangkap ketika melewati jaringan publik tidak terbaca karena harus melewati proses dekripsi. Proses enkapsulasi data sering disebut “tunneling”.
Anda dapat mengakses server kantor melalui VPN dimana saja, entah itu dirumah atau dijalan secara aman meskipun anda menggunakan infrastruktur jaringan internet dalam penggunaannya. Menurut pandangan user, koneksi VPN merupakan koneksi point to point antara user computer dengan server korporasi dan data terkirim di atas jaringan “dedicated,” padahal tidak demikian kenyataannya.
Setting Koneksi VPN Pada Ubuntu 9.10
Untuk melakukan koneksi VPN pada Ubuntu 9.10 ikuti langkah-langkah berikut ini :
Contoh Kasus :
- VPN Gateway : 10.14.203.5
- Nama VPN : IT Telkom ( Pemberian nama koneksi bebas, terserah pada anda )
1. Lakukanlah penginstalan pptp-linux dengan cara :
- Menggunakan Terminal : Bukalah terminal ( Application -> Accessories -> Terminal ) dan ketikan : sudo apt-get install pptp-linux
- Menggunakan Ubuntu Software Center : Bukalah Ubuntu Software Center ( Application -> Ubuntu Software Center ) lalu ketikan pptp pada search box yang ada pada sudut kanan atas dan klik panahnya unutk memulai mendownload.
2. Setelah pptp terinstall sekarang pastikanlah anda sudah terhubung pada jaringan wireless
3. Jika anda sudah terhubung pada wireless lakukanlah penyetingan VPN dengan cara membuka Network Connections ( System -> Preferences -> Network Connections )
4. Ketika Network Connections sudah terbuka, pada tab VPN klik tombol Add
5. Lalu masukanlah Nama Koneksi, Gateway, Username, dan Password lalu tekan Apply
6. Konfigurasi VPN pun sudah anda buat, sekarang anda tinggal melakukan koneksi VPN dengan cara :
- Klik Icon Sinyal yang ada pada Tray, maka dropdown menu akan muncul.
- Lalu arahkan mouse cursor anda pada VPN Connections dan klik lah nama koneksi VPN yang baru saja anda buat tadi, kali ini nama koneksi VPN yang saya buat adalah IT Telkom.
- Jika anda berhasil melakukan koneksi maka pada Icon signal anda akan ada keterangan VPN Connection IT Telkom Active.
Selamat Mencoba ^_^ ~ !

0

Routing Protokol Destination-Sequenced Distance Vector (DSDV)

Posted by Alfian Abdul Ghaffar on 09.24


11 Sep
——————————————————————————————————————————
Ronald M Hutabarat
Departement Informatika
Institut Teknologi Telkom
ronaldhutabarat@yahoo.com
—————————————————————————————————————————————-
Sekilas Tentang Jaringan Wireless Ad Hoc
          Perkembangan jaringan komputer mulai bergeser dari pengembangan jaringan berkabel ke jaringan nirkabel (wireless) . Perkembangan ini merupakan tuntutan dari kebutuhan masyarakat akan akses informasi yang cepat dan bisa diakses kapan saja dan dimana saja. Salah satu mode pengembangan dari jaringan nirkabel adalah tipe jaringan nirkabel yang ad hoc. Jaringan Wireless Ad Hoc adalah jaringan yang menghubungkan pasangan node dan sangat tergantung dari jarak transmisi dari tiap tiap node (Mukherjee , 2003) .
          Jaringan Ad Hoc dapat berdiri dan exist tanpa harus menggunakan Infrastruktur yang ada seperti base station berupa accses point ataupun sarana pendukung transmisi data . Tiap tiap device yang berada pada jaringan ini sering disebut NODE . Masing masing node akan berkomunikasi dengan node yang berada dalam satu jaringan Ad hoc tersebut . Jaringan Ad Hoc ini sering pula disebut sebagai MANET (Mobile Ad Hoc Networking)
          Jaringan Ad Hoc mempunyai infrastruktur node jaringan yang tidak permanen. Jaringan ini terdiri atas beberapa node yang bersifat mobile dengan satu atau lebih interface pada setiap nodenya. Setiap node pada jaringan Ad Hoc harus mampu menjaga performance trafik paket data dalam jaringan akibat sifat mobilitas node dengan cara rekonfigurasi jaringan. Sebagai contoh, jika ada node yang bergeser yang mengakibatkan gangguan berupa putus jaringan, maka node yang mengalami gangguan tersebut dapat meminta pembentukan rute link baru untuk meneruskan pengiriman paket data. Beberapa contoh penerapan jaringan Ad Hoc antara lain pembangunan jaringan komunikasi di medan perang untuk beberapa lokasi, pusat-pusat komunikasi di daerah bencana alam, sarana koneksi internet pada stand-stand suatu event/pameran dimana tidak dimungkinkan untuk membangun jaringan kabel atau ketidaktersediaan jaringan kabel.Node node pada jaringan Ad Hoc tidak hanya berperan sebagai pengirim dan penerima data, namun dapat berperan sebagai penunjang node yang lainnya, misalnya mempunyai kemampuan layaknya router. Dengan demikian diperlukan adanya routing protokol dalam jaringan Ad Hoc untuk menunjang proses kirim terima antar node-nodenya.
——————————————————————————————————————————————————-
Sekilas Tentang Routing Protocol Ad Hoc
          Komunikasi antar node yang satu dengan node yang lainnya pada jaringan wireless menggunakan Routing Protokol Ad Hoc.Routing adalah mekanisme penentuan link dari nodepengirim ke node penerima yang bekerja pada layer 3 OSI (Layer Network). Protokol routing diperlukan karena untuk mengirimkan paket data dari node pengirim ke node penerima akan melewati beberapa node penghubung (intermediate node), dimana protokol routing berfungsi untuk mencarikan route link yang terbaik dari link yang akan dilalui melalui mekanisme pembentukan tabel routing. Pemilihan route terbaik tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti bandwith link dan jaraknya.

Daftar Tabel Routing Protocol Ad Hoc
          Jaringan Ad Hoc memiliki dua model protokol routing. Pertama, protokol routing yang bersifat reaktif (reactive), dimana tabel routing dibentuk jika ada permintaan pembuatan route link baru atau perubahan link. Kedua, protokol routing yang bersifat proaktif (proactive), dimana tabel routing dibentuk dan diupdate setiap waktu (secara kontinu) jika terjadi perubahan link . Routing Protokol Destination-Sequenced Distance Vector (DSDV) merupakan Routing Protokol Pro-aktif.
——————————————————————————————————————————————————-
# Source : Ad Hoc Networking – Charles Perkins
Destination-Sequenced Distance Vector (DSDV)
          DSDV merupakan algoritma routing procol ad hoc proaktif yang didasari pada Bellman – Ford yang pertama kali dikenalkan, kontribusi algoritma ini adalah untuk mengatasi Routing Loop. Pada DSDV, digunakan sequence number untuk mengirimkan pesan pada jaringan. Sequence number dihasilkan juga saat ada perubahan dalam jaringan, hal ini terjadi karena sifat table routing node pada pada jaringan yang menggunakan protokol proaktif yang update secara periodik, serta Trigered update uang digunakan oleh node untuk mengupdate node yang masuk dan keluar dari jaringan.
Dalam metode routing DSDV, setiap node yang berada dalam jaringan , akan memelihara tabel routing ke node tetangganya, tabel routing yang dimiliki oleh setiap node berisi tentang : alamat tujuan node, jumlah hop yang diperlukan untuk mencapai tujuan, serta sequenced number. Jika tabel routing dalam satu node telah diupdate, maka akan dipilih rute untuk mencapai node tujuan dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
Memiliki sequence number yang terbaru, hal ini dapat dilihat dari nilai sequenced number yang paling besar
Jika nilai sequence number sama, maka akan dilihat nilai metricnya, nilai metric yang lebih kecil akan dipilih.
Penerapan protocol DSDV memiliki kelebihan , yaitu :
• DSDV menjamin tidak ada looping route
• DSDV dapat mereduksi masalah count to infinity
• DSDV dapat menghindari trafik lebih dengan kenaikan drastis update penuh untuk dump
• DSDV hanya memaintenence path terbaik menuju tujuan, dari sekian banyak path ketujuan.
Keterbatasan yang dimiliki algoritma routing protocol DSDV ini menjadi kelemahannya, yaitu :
  • Banyak memakan alokasi bandwith untuk broadcasting informasi yang tidak terlalu berguna, meskipun tidak ada perubahan yang berarti pada topologi jaringan, hal ini dikarenakan sifatnya yang selalu update setiap waktunya.
  • DSDV tidak mensupport multi path routing.
  • Sangat sulit untuk mendeterminasi waktu delay saat broadcasting informasi kesemua node.
  • Table routing pada node dijaringan DSDV sangat sulit untuk dimaintence pada jaringan berskala besar, mengingat jumlah node yang banyak dan dan luas jaringan yang semakin diperluas (scalable) yang meningkatkan overhead.
Berikut merupakan proses secara keseluruhan algoritma routing protocol DSDV :
  1. Diawal tranmisi sebelum dilakukan , tiap node memiliki table yang berisi data node node dalam jaringan.
  2. Jika terjadi perubahan topologi jaringan setelah paket data dikirimkan, table routing akan diupdate secara periodic.
  3. Jika tidak ada permasalah pada topologi jaringan, makan node akan dikirimkan setelah node sumber dan node tujuan dinisialisasi, lalu paket akan sampai ke node tujuan.
   
Flowchart Proses Kerja DSDV secara umum

0

Wireless Ad Hoc Network

Posted by Alfian Abdul Ghaffar on 08.24
802.11
802.11 adalah spesifikasi standar yang dibangun oleh IEEE untuk mendefinisikan teknologi wireless LAN dan disetujui pada 1997. Beberapa spesifikasi :
1. 802.11, standar transmisi 1 - 2 Mbps pada band 2.4 GHz menggunakan FHSS atau DSSS
2. 802.11a, standar transmisi 54 Mbps pada band 5GHz menggunakan OFDM
3. 802.11b, standar transmisi 11, fallback 5.5, 2, 1 Mbps pada band 2.4 GHz menggunakan DSSS
4. 802.11g, standar transmisi 20+ Mbps pada band 2.4 GHz menggunakan DSSS
Ad-hoc Mode
Framework jaringan 802.11 dimana setiap perangkat berkomunikasi satu sama lain secara langsung tanpa melalui Access Point (AP). Ad-hoc mode digambarkan sebagai jaringan peer-to-peer atau juga di sebut dengan Independent Basic Service Set (IBSS). Ad-hoc mode digunakan untuk membentuk jaringan ketika wireless infrastructure tidak tersedia dan layanan seperti client server tidak diperlukan.
AP (Access Point)
Hardware atau software komputer yang berfungsi sebagai hub untuk pengguna ataupun perangkat wireless agar dapat terkoneksi ke jaringan kabel. AP adalah sistem yang penting untuk meningkatkan keamanan wireless dan memperluas layanan kepada pengguna.
Bandwidth
Bandwidth menunjukan kapasitas dalam membawa informasi. Istilah ini dapat digunakan dalam banyak hal: Telepon, jaringan kabel, bus, sinyal frekuensi radio, dan monitor. Paling tepat, bandwidth diukur dengan putaran perdetik (cycles per second), atau hertz (Hz), yaitu perbedaan antara frekuensi terendah dan tertinggi yang dapat ditransmisikan. Tetapi juga sering digunakan ukuran bit per second (bps).
DSSS
Akronim Direct Sequence Spread Spectrum. Adalah teknologi transmisi dimana sinyal data dikombinasi dengan data rate bit sequence yang lebih tinggi atau kode chipping, yang membagi data berdasarkan rasio penyebaran pada frekuensi. Kode chipping dalah bit pattern redundan untuk setiap bit yang akan ditransmisikan. Teknik ini akan meningkatkan ketahanan sinyal terhadap interferensi. Bila beberapa bits dalam pattern rusak selama transmisi, data dapat diperbaiki berkat redudansi metode transmisi.
FHSS
Akronim Frequency Hopping Spread Spectrum. Adalah teknologi transmisi dimana sinyal data dimodulasi pada sinyal pembawa narrowband yang 'melompat' secara acak namun terkontrol urutan frekuensinya dan berdasarkan alokasi waktu penggunaan pada pita frekuensi yang lebar. Sinyal disebarkan dalam ukuran kecil ke frekuensi yang berbeda berdasarkan alokasi waktu. Teknik ini mereduksi kemungkinan terjadinya interferensi karena sinyal narrowband hanya akan berpengaruh pada sinyal spread spectrum apabila dia menggunakan frekuensi yang sama pada waktu yang bersamaan. Bila disinkronisasi dengan baik, maka bisa dialokasikan satu kanal logic untuk dipergunakan.
Frekuensi transmisi digunakan dengan teknik menyebar atau melompat dalam lebat pita frekuensi. Pada perangkat penerima harus diset kode sebaran dan lompatan frekuensi yang sama sehingga menerima sinyal pada frekuensi dan waktu yang tepat. Regulasi FCC menentukan setiap produsen untuk memakai 75 (atau lebih) frekuensi pada setiap kanal transmisi dengan waktu maksimal 400 ms (disebut dengan dwell time - waktu yang diperlukan untuk setiap frekuensi pada saat menempati satu slot lompatan - hop).
Home RF
Singkatan dari Home Radio Frequency. Didesain khusus untuk jaringan wireless di rumah, kontras dengan standar 802.11, yang digunakan pada aplikasi bisnis. Home RF diharapkan lebih dapat diterima oleh pengguna rumahan dibandingkan dengan teknologi wireless lain. Berbasis frequency hopping untuk transmisi data dan suara, radius 150 feet. Home RF menggunakan Shared Wireless Access Protocol.
Infrastructure Mode
Framework jaringan 802.11 dimana setiap perangkat berkomunikasi satu sama lain melalui Access Point (AP). Pada infrastructure mode, perangkat wireless juga dapat terhubung ke jaringan kabel melalui Access Point (AP). Saat satu AP terkoneksi ke jaringan kabel maka semua perangkat pada jaringan wireless akan disebut sebagai Basic Service Set (BSS). Extended Service Set (ESS) adalah sekelompok (dua atau lebih) BSS yang dianggap sebagai satu sub jaringan.
Peer to Peer
Setiap terminal memiliki peran dan derajat yang sama yaitu dapat bertindak sebagai workstation atau server. Biasanya digunakan untuk komputer-komputer personal dengan jumlah yang sedikit. Keuntungannya adalah menghemat biaya untuk pembelian server dan dapat mengoptimalkan sumber daya seperti hard disk, printer, prosesor, dan memori dari masing-masing komputer. Adapun kelemahannya adalah pengelola jaringan atau pengakses mengalami kesulitan dalam melacak keberadaan data atau file yang akan dibutuhkan karena masing-masing komputer dapat berfungsi sebagai server dan pengamanan data sulit dilakukan karena data tersebar di semua komputer.
Protocol (protokol)
Bahasa atau prosedur hubungan yang digunakan oleh satu sistem komputer dengan sistem lainnya sehingga antara keduanya dapat saling berhubungan. Untuk dapat berkomunikasi. Kedua system harus menggunakan protokol yang sama.
Routing
Proses dari penentuan sebuah path yang di pakai untuk mengirim data ke tujuan tertentu.
Server
Suatu unit yang berfungsi untuk menyimpan informasi dan untuk mengelola suatu jaringan komputer.komputer server akan melayani seluruh client atau workstation yang terhubung ke jaringannya.
Topologi
Dalam jaringan komputer topologi adalah bentuk pengaturan keterhubungan antar sistem komputer. terdapat bermacam-macam topologi seperti bus, star, ring.
WEP
Singkatan Wired Equivalent Privacy atau juga sering disebut dengan Wireless Encryption Protocol. Adalah protokol keamanan untuk jaringan wireless 802.11. Desain WEP dimaksudkan untuk memberikan tingkat keamanan sebagaimana pada jaringan kabel. Secara umum LAN lebih aman daripadan WLAN karena ada proteksi secara fisik dalam strukturnya, misalnya semua perangkat berada dalam suatu gedung yang bisa diproteksi dari akses fisik tidak sah.
Wi-Fi
Wi-Fi Wireless Fidelity adalah nama dagang resmi untuk IEEE 802.11b yang dibuat oleh Wireless Ethernet Compatibility Aliance (WECA). Istilah Wi-Fi menggantikan 802.11b seperti halnya istilah Ethernet menggantikan IEEE 802.3. Produk yang disertifikasi oleh WECA sebagai Wi-Fi dapat beroperasi bersama meskipun dibuat oleh perusahaan yang berbeda.
WLAN
Akronim Wireless Local Area Network. Sebuah jaringan lokal yang menggunakan frekuensi radio sangat tinggi untuk mentransmisikan data antar titik, menggantikan fungsi kabel pada jaringan konvensional.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Identifikasi Masalah
Komunikasi data membutuhkan sebuah media penghantar agar informasi yang ingin disampaikan dapat berjalan ke tujuannya dengan baik. Media komunikasi data bisa berwujud apa saja, selama media tersebut dapat menghantarkan informasi dengan baik tanpa ada cacat-cacat yang berarti. Selama bertahun-tahun hingga saat ini pun, media komunikasi data didominasi oleh media komunikasi kabel. Namun, kini arah trennya sudah mulai bergerak menuju ke jenis media lain yang tidak kalah hebat dan menariknya. Media yang sedang naik daun tersebut adalah media wireless LAN atau yang biasa disingkat WLAN yang merupakan sebuah jaringan lokal yang menggunakan frekuensi radio sangat tinggi untuk mentransmisikan data antar titik, menggantikan fungsi kabel pada jaringan konvensional.
Kebutuhan akan pergerakan yang fleksibel di dalam berkomunikasi sudah menjadi tuntutan bagi pengguna. Oleh karena itu, penemuan-penemuan dan penetapan standard baru suatu teknologi komunikasi wireless banyak bermunculan. Jaringan wireless memiliki dua mode yang dapat digunakan yaitu : infrastruktur dan Ad Hoc. Penggunaan kedua mode ini tergantung dari kebutuhan untuk berbagi data atau kebutuhan yang lain dengan jaringan berkabel. Konfigurasi infrastruktur adalah komunikasi antar masing-masing PC melalui sebuah access point pada WLAN atau LAN. Komunikasi Ad-Hoc adalah komunikasi secara langsung antara masing-masing komputer dengan menggunakan piranti wireless. Secara umum Jaringan Ad Hoc yang merupakan perluasan aplikasi WLAN adalah modus operasi perangkat nirkabel yang menjalankan koneksi secara peer-to-peer (tanpa menggunakan access point sebagai penghubung). Dimana 1 PC terhubung dengan 1 PC lainnya dengan saling terhubung berdasarkan nama SSID (Service Set IDentifier). SSID sendiri tidak lain nama sebuah computer yang memiliki card, USB atau perangkat wireless dan masing masing perangkat harus diberikan sebuah nama tersendiri sebagai identitas.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara lain:
1. Bagaimana konsep dasar dari Jaringan Wireless Ad Hoc?
2. Apa kelebihan dan kekurangan Jaringan Wireless Ad Hoc?
I.3 Tujuan Project
Untuk mengetahui dan memehami konsep dasar Jaringan Wireless Ad Hoc secara umum.
I.4 Manfaat Project
Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak yang membutuhkannya.
I.5 Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang lebih meluas dan agar pembahasan ini lebih terarah, maka masalah dibatasi pada penjelasan konsep dasar Jaringan Wireless Ad Hoc secara umum, berupa deskripsi umum penggunaan, kelebihan dan kekurangan Jaringan Wireless Ad Hoc.
Simulasi Monte Carlo adalah proses menurunkan secara acak nilai variabel tidak pasti secara berulang-ulang untuk mensimulasikan model. Metode Monte Carlo karena itu merupakan teknik stokastik. Pemakai dapat menemukan metode Monte Carlo diaplikasikan dalam berbagai bidang, mulai dari ekonomi sampai fisika nuklir untuk pengaturan lalu lintas aliran. Tentu saja cara aplikasinya berbeda dari satu bidang ke bidang lainnya, dan ada banyak sekali himpunan bagian Monte Carlo meskipun dalam satu bidang yang sama. Hal yang menyamakan semua itu adalah bahwa percobaan Monte Carlo membangkitkan bilangan acak untuk memeriksa permasalahan.
BAB II
WIRELESS LOCAL AREA NETWORK
II.1 Umum
Wireless LAN adalah Jaringan komputer tanpa kabel, dalam istilah lain sering juga disebut WIFI (Wireless Fidelity) atau Nirkabel. Jika pada LAN menggunakan kabel sebagai media komunikasi dan pertukaran data maka Wireless LAN menggunakan gelombang radio sebagai media komunikasi dan pertukaran datanya
.
II.2 Standarisasi WirelessLAN
Perkembangan teknologi Wireless LAN sekarang sudah semakin maju. Pemakaiannya sendiripun tidak terbatas pada komputer.
Ada beberapa standardisasi Wireless LAN yang banyak beredar di pasaran, yaitu :
1.802.11
802.11 adalah standarisasi wireless pertama yang dicetuskan pada tahun 1997 oleh IEEE( Institute of Electrical and Electronics Engineers). Pada awalnya 802.11 mempunyai kecepatan transfer rata-rata 2 Mbps dan bekerja pada frekuensi 2,4Ghz.
2.802.11.a
802.11.a merupakan pengembangan dari 802.11 yang dikeluarkan IEEE pada tahun 1999. 802.11.a mempunyai kecepatan transfer rata-rata 54 Mbps dan bekerja pada frekuensi 5 Ghz.
3.802.11.b
Pada tahun yang sama IEEE kembali mengeluarkan standarisasi baru wireless yaitu 802.11.b yang mempunyai keceaptan transfer rata-rata 11 Mbps dan bekerja pada frekuensi 2,4 Ghz.
4.802.11.g
Pada tahun 2003 IEEE muncul standarisasi wireless baru yaitu 802.11.g. Standarisasi ini menggabungkan kemampuan 802.11.a dan 802.11.b. Standarisasi 802.11.g mempunyai kecepatan tranfer rata-rata 54 Mbps dan bekerja pada frekuensi 2,4 Ghz
5. 802.11.n
802.11.n adalah standarisasi masa depan wireless yang mempunyai kecepatan transfer rata-rata 100-200 Mbps dan bekerja pada frekuensi 2,4 Ghz.
IEEE juga mengeluarkan standarisasi lain seperti 802.11.j, 802.11.h, 802.11.p, tetapi penggunaannya masih terbatas.
Tabel ini dapat digunakan untuk membedakan kemampuan dan standar WLAN yang saat ini ada di pasar.
Standard Data Rate Modulation Security Pros/Cons
IEEE 802.11
2 Mbps
2.4GHz FHSS
DSSS
WEP & WPA
Spesifikasi diperluas di 802.11b
IEEE 802.11a
(Wi-Fi)
54 Mbps
5 GHz OFDM
WEP & WPA
Mendapat sertifikasi Wi-Fi. Ada 8 kanal di 5 Ghz. Kemungkinan interferensi RF rendah dibanding 802.11b /g. Lebih baik dari 802.11b untuk multimedia , voice, video dan grafis ukuran besar pada lingkungan yang lebih padat. Coverage area relatif lebih sempit dan tidak interoperabel dengan 802.11b
IEEE 802.11b
(Wi-Fi)
11Mbps
2.4GHz DSSS
CCK
WEP & WPA
Mendapat sertifikasi Wi-Fi. Tidak interoperabel dengan 802.11a. Perlu lebih sedikit access points daripada 802.11a untuk coverage luas yang sama. Transfer rate tinggi sampai 300 feet dari base station. Ada 14 kanal di 2.4 GHz (11 di Amerika sesuai regulasi FCC) dan hanya 3 kanal non overlap
IEEE 802.11g
(Wi-Fi)
54 Mbps
2.4 GHz OFDM
> 20 Mbps
DSSS
CCK
<>
II.3 Spektrum Pada Wireless
Ada dua jenis spektrum gelombang radio yang digunakan untuk komunikasi wireless, yaitu Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) dan Frequency Hopping Spread Spectrum(FHSS).
Perbedaan antara kedua spektrum ini adalah pada cara memproses data. Pada FHSS frekuensi sinyal pembawa data akan berpindah sesuia dengan pola tertentu, dan biasanya menggunakan 4 buah frekuensi secara bersamaan.
Sedangkan pada spektrum DSSS data yang dikirim akan dibagi menjadi paket-paket data kecil dan akan dikirimkan melalui frekuensi frekuensi yang berbeda.
Dari perbedaan dua spektrum itu tersebut bisa kita amati bahwa pola pengiriman data DSSS akan menghasilkan proses transfer data yang lebih cepat karena menggunakan frekuensi yang tidak terbatas, sedangkan FHSS hanya menggunakan 4 frekuensi.
II.4 Frekuensi Pada Wireless
Secara umum Wireless bekerja pada frekuensi 2,4 – 2,483 Ghz yang dikenal sebagai frekuensi bebas. Karena padatnya frekuensi ini maka digunakan frekuensi lain untuk mengatasi masalah kepadatan ini, yaitu frekuensi 5 Ghz.
II.5 Chanel Pada Wireless
Jika frekuensi diibaratkan sebuah jalan, maka chanel sebagi jalur pemisah jalan tersebut. Semakin lebar jalan maka semakin banyak jalur yang ada. Artinya banyaknya chanel pada Wireless LAN tergantung dengan besarnya frekuensi.
Chanel berfungsi untuk menjaga komunikasi data pada Wireless LAN agar berjalan dengan baik tanpa terjadi tabrakan data.
II.6 Aturan Pada Wireless
Ada beberapa aturan dalam Wireless LAN yang harus kita perhatikan agar jaringan Wireless LAN kita berjalan dengan baik, diantaranya :
1.Semua perangkat Wireless harus bekerja pada frekuensi yang sama
2.Meskipun merk atau pabrik pembuat Wireless berbeda Wireless masih bisa digunakan secara bersamaan jika standarisasinya juga sama.
3.SSID harus sama.SSID (Service Set Identifier) adalah identitas sebuah jaringan atau nama dari Wireless LAN.
II.7 Perangkat WirelessLAN
Untuk membagun Wireless LAN kita membutuhkan perangkat-perangkat pendukung jaringan,adapun perangkat-perangkat tersebut adalah :
1.Wireless
Bentuk Wireless dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :
a.WirelessLANCard
Agar komputer dapat terhubung kedalam jaringan Wireless , maka komputer harus dipasang Wireless LAN Card atau ethernet Card dan biasanya dipasang pada slot PCI.
b.Wireless USB
Wireless USB dibuat agar lebih mudah dalam pemasangannya di komputer atau laptop, tanpa harus membuka casing komputer. Saat ini ada dua jenis wireless USB yang beredar dipasaran, yaitu Wireless USB Adapter dan Wireless USB Stick.
c.Wireless PCMCIA
Wireless yang digunakan pada laptop dan dipasang pada slot PCMCIA.
d.Access Point
Access Point adalah perangkat Wireless yang berguna untuk menghubungkan komputer-komputer dalam sebuah jaringan, fungsinya hampir sama seperti Hub/Swict pada LAN. Sebuah Access Point biasanya sudah dilengkapi dengan Firewall, dan dapat berfungsi sebagai DHCP Server/Client.
II.8 Topologi Pada Wireless
Pada jaringan LAN kita mengenal adanya topologi Bus, Ring, Star dan lain-lain.
Pada jaringan Wireless hanya ada 2 topologi jaringan,yaitu :
1.Topologi AdHoc
Topologi pada Wireless LAN untuk menghubungkan antar komputer secara langsung tanpa menggunakan Acces Point.
2.Topologi Infrastructure
Topologi pada Wireless LAN untuk menghubungkan antar komputer dengan menggunakan Access Point.
II.9 Bahan-Bahan yang Berpengaruh Terhadap Wireless LAN
Bahan atau material yang ada disekeliling kita mempunyai pengaruh yang besar terhadap Jaringan Wireless, bahan-bahan tersebut yaitu :
Nama Bahan Hambatan Contoh
Kayu Kecil Ruangan berdinding/sekat kayu dan triplek
Bahan Sintetis Kecil Sekat dengan bahan plastik
Asbes Kecil Langit-langit / atap
Air Sedang Akuarium
Tembok Sedang Dinding
Keramik Tinggi Lantai, dinding keramik
Bahan memantul Sangat tinggi Cermin
Besi Sangat tinggi Lift, meja, filling cabinet
BAB III
JARINGAN WIRELESS AD HOC
III.1 Konsep/Teori Utama
Jaringan wireless yang menggunakan standar 802.11, memiliki fitur yang memungkinkan para klien di dalamnya dapat saling berkomunikasi satu sama lain dengan metode peer-to-peer langsung melalui perangkat wireless mereka. Fitur yang satu ini sering disebut dengan istilah Ad-Hoc.
Dalam membuat infrastruktur jaringan wireless biasanya dibutuhkan Access Point (AP), dimana AP bertugas mengubah data yang lalu lalang di media kabel menjadi sinyal-sinyal radio yang dapat ditangkap oleh perangkat wireless. AP akan menjadi gerbang bagi jaringan wireless untuk dapat berkomunikasi dengan dunia luar maupun dengan antarsesama perangkat wireless di dalamnya. Namun hal ini tidak terjadi pada Jaringan Wireless Ad Hoc. Pada system Ad Hoc tidak lagi mengenal system central (yang biasanya difungsikan pada Access Point) sebagai penghubung antara jaringan wire dengan wireless.
Sistem Ad Hhoc hanya memerlukan 1 buah computer yang memiliki nama SSID atau nama sederhananya sebuah network pada sebuah
card/computer. Satu komputer dihubungkan ke satu komputer lain dengan saling mengenal SSID. SSID merupakan singkatan dari Service Set Identifier. Sebuah SSID memiliki fungsi untuk menamai sebuah jaringan wireless yang dipancarkan dari sebuah Access Point (AP). Sistem penamaan ini adalah sistem kontrol pertama sebuah jaringan wireless. Maksudnya, dengan diberikannya sebuah nama, maka pengguna yang ingin bergabung dalam jaringan tersebut harus mengetahui nama ini terlebih dahulu. Jika nama yang dimasukkan oleh klien pengguna sama dengan nama yang ada di AP maka jaringan wireless tersebut baru dapat diakses. Jika tidak, maka Anda tidak akan mendapatkan apa-apa dalam jaringan tersebut meskipun sinyalnya bisa tertangkap. Sistem penamaan SSID dapat diberikan maksimal sebesar 32 karakter. Karakter-karakter tersebut juga dibuat case sensitive sehingga SSID dapat lebih banyak variasinya.
Dalam topologi Ad-Hoc ini, masing-masing laptop, PDA, atau perangkat berkemampuan wireless lainnya dapat bertindak sebagai sebuah node yang independen dan membentuk sebuah jaringan sendiri, terlepas dari apa yang telah disediakan oleh AP di sekitarnya.
Gbr. 3.1 Contoh jaringan Ad Hoc
III.2 Standardisasi untuk Jaringan Ad Hoc
Standardisasi IEEE 802.11 mendefinisikan dua model dari jaringan wireless. Model dari jaringan wireless tersebut adalah jaringan Ad Hoc dan infrastruktur. Pada jaringan Ad Hoc, konfigurasinya adalah peer-to-peer dimana tidak ada satu stasiun pun yang berfungsi sebagai server. Jaringan ini biasanya digunakan pada keadaan sementara waktu untuk berbagai kebutuhan mendadak.
Sebagai contoh, dua orang pegawai yang berada dalam suatu kantor, masing-masing dengan komputer poratabelnya melakukan rapat bisnis di sebuah ruang pertemuan. Para pegawai tersebut menghubungkan komputer mereka dengan jaringan sementara hanya selama rapat bisnis tersebut berlangsung.
III.3 Arsitektur Jaringan Ad Hoc
Standardisasi 802.11 mendefinisikan tiga jenis dari topologi jaringan wireless seperti Basic Service Set (BSS), Independent Basic Service Set (IBSS), dan Extended Service Set (ESS). Pada tulisan ini topologi yang dibahas hanya mengenai IBSS, karena hanya topologi IBSS yang tidak menggunakan Access Point. Topologi Independent Basic Service Set (IBSS) adalah topologi dimana terdiri atas sekelompok station (STA) yang saling mengenal dan berkomunikasi satu dan lainnya via media wireless, nirkabel, secara peer-to-peer. Topologi ini juga dikenal sebagai jaringan Ad Hoc.
Gbr. 3.2 Arsitektur Ad Hoc
III.4 Protokol Jaringan Ad Hoc
Terdapat empat routing protocol yang terkenal untuk jaringan Ad Hoc,yakni:
• Ad Hoc On-demand Distance Vector (AODV)
• Dynamic Source Routing (DSR)
• Zone Routing Protocol (ZRP)
• Temporally Ordered Routing Algorithm (TORA)
III. 5 Prinsip Kerja Jaringan Ad Hoc
Prinsip kerja Jaringan Ad Hoc sama dengan jaringan Wireless LAN dimana jaringan ini mengkoneksikan dua komputer atau lebih menggunakan sinyal radio, cocok untuk berbagi-pakai file, printer, atau akses Internet.
Setiap PC pada jaringan wireless dilengkapi dengan sebuah radio tranceiver, atau biasanya disebut adapter atau kartu wireless LAN, yang akan mengirim dan menerima sinyal radio dari dan ke PC lain dalam jaringan. Anda akan mendapatkan banyak adapter dengan konfigurasi internal dan eksternal,baik untuk PC desktop maupun notebook.
Mirip dengan jaringan Ethernet kabel, sebuah wireless LAN mengirim data dalam bentuk paket. Setiap adapter memiliki nomor ID yang permanen dan unik yang berfungsi sebagai sebuah alamat, dan tiap paket selain berisi data juga menyertakan alamat penerima dan pengirim paket tersebut. Sama dengan sebuah adapter Ethernet, sebuah kartu wireless LAN akan memeriksa kondisi jaringan sebelum mengirim paket ke dalamnya. Bila jaringan dalam keadaan kosong, maka paket langsung dikirimkan. Bila kartu mendeteksi adanya data lain yang sedang menggunakan frekuensi radio, maka ia akan menunggu sesaat kemudian memeriksanya kembali.
Wireless LAN biasanya menggunakan salah satu dari dua topologi--cara untuk mengatur sebuah jaringan. Pada topologi ad-hoc--biasa dikenal sebagai jaringan peer-to-peer--setiap PC dilengkapi dengan sebuah adapter wireless LAN yang mengirim dan menerima data ke dan dari PC lain yang dilengkapi dengan adapter yang sama, dalam radius 300 kaki (?100 meter). Untuk topologi infrastruktur, tiap PC mengirim dan menerima data dari sebuah titik akses, yang dipasang di dinding atau langit-langit berupa sebuah kotak kecil berantena. Saat titik akses menerima data, ia akan mengirimkan kembali sinyal radio tersebut (dengan jangkauan yang lebih jauh) ke PC yang berada di area cakupannya, atau dapat mentransfer data melalui jaringan Ethernet kabel. Titik akses pada sebuah jaringan infrastruktur memiliki area cakupan yang lebih besar, tetapi membutuhkan alat dengan harga yang lebih mahal.
Walau menggunakan prinsip kerja yang sama, kecepatan mengirim data dan frekuensi yang digunakan oleh wireless LAN berbeda berdasarkan jenis atau produk yang dibuat, tergantung pada standar yang mereka gunakan.
Vendor-vendor wireless LAN biasanya menggunakan beberapa standar, termasuk IEEE 802.11, IEEE 802.11b, OpenAir, dan HomeRF. Sayangnya, standar-standar tersebut tidak saling kompatibel satu sama lain, dan Anda harus menggunakan jenis/produk yang sama untuk dapat membangun sebuah jaringan.
Semua standar tersebut menggunakan adapter menggunakan segmen kecil pada frekuensi radio 2,4-GHz, sehingga bandwith radio untuk mengirim data menjadi kecil. Tetapi adapter tersebut menggunakan dua protokol untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan dalam pengiriman sinyal:
• Frequency Hopping Spread Spectrum, dimana paket data dipecah dan dikirimkan menggunakan frekuensi yang berbeda-beda, satu pecahan bersisian dengan lainnya, sehingga seluruh data dikirim dan diterima oleh PC yang dituju. Kecepatan sinyal frekuensi ini sangat tinggi, serta dengan pemecahan paket data maka sistem ini memberikan keamanan yang dibutuhkan dalam satu jaringan, karena kebanyakan radio tranceiver biasa tidak dapat mengikutinya.
• Direct Sequence Spread Spectrum, sebuah metode dimana sebuah frekuensi radio dibagi menjadi tiga bagian yang sama, dan menyebarkan seluruh paket melalui salah satu bagian frekuensi ini. Adapter direct sequence akan mengenkripsi dan mendekripsi data yang keluar-masuk, sehingga orang yang tidak memiliki otoritas hanya akan mendengar suara desisan saja bila mereka menangkap sinyal radio tersebut.
Vendor wireless LAN biasanya menyebutkan transfer rate maksimum pada adapter buatan mereka. Model yang menggunakan standar 802.11 dapat mentransfer data hingga 2 megabit per detik, baik dengan metode frequency hopping atau direct sequence. Adapter yang menggunakan standar OpenAir dapat mentransfer data hingga 1,6-mbps menggunakan frequency hopping. Dan standar terbaru, HomeRF dapat mengirim dan menerima data dengan kecepatan 1,6-mbps (dengan menggunakan metoda frekuensi hopping). Wireless LAN kecepatan tinggi menggunakan standar 802.11b--yang dikenal sebagai WiFi--mampu mengirim data hingga 11-mbps dengan protokol direct sequence.
III.6 Parameter-Parameter Penting
Jaringan wireless berkembang dengan pesat di seluruh dunia dengan digunakannya dalam berbagai aplikasi. Agar dapat bekerja dengan baik, kinerja jaringan kabel sangat tergantung dari konfigurasi pada Physical Layer (PHY) seperti propagasi, antenna, jarak antara transmitter-receiver dan sebagainya. Propagasi yang digunakan di antaranya adalah propagasi Free Space dan propagsi Two Ray Ground. Selain itu juga terdapat 2 metode yang dapat diimplementasikan pada jaringan wireless, yaitu metode basic access dan RTS/CTS. Untuk dapat membandingkan penggunaan kedua metode dalam dua propagasi tersebut diatas, simulasi digunakan sebagai alat pembanding dimana tolak ukurnya adalah throughput, data yang dibuang (drop) dan kanal efisiensi.
Propagasi Free Space
Model Propagasi Free Space digunakan untuk memperkirakan kekuatan sinyal yang diterima ketika transmitter dan receiver tidak memiliki penghalang. Contoh komunikasi yang menggunakan propagasi ini adalah komunikasi satelit dan microwave line of sight radio. Dengan penggunaan propagasi ini pada skala yang besar, propagasi ini memprediksikan bahwa kekuatan power yang diterima menuntun sejalan dengan kenaikan power pada jarak transmitter dan receiver. Power free space diterima oleh antenna receiver yang dipisahkan dari antenna transmitter disimbolkan dengan d, yang diberikan oleh rumus berikut:
Pr (d) = PtGtGr 2/((4p)2d2L)
dimana, Pt adalah power yang ditransmisikan, Pr(d) adalah power yang diterima dimana merupakan fungsi dari T-R separation, Gt adalah tegangan antena pada transmiter, d adalah jarak T-R separation dalam meter, L adalah loss factor sistem yang tidak berhubungan dengan propagasi (L = 1), dan X adalah panjang gelombang dalam meter. Dimana = c/f = 2p c/ c , f adalah frekuensi carrier dalam Hertz, c adalah frekuensi carrier dalam radian per detik, dan c adalah kecepatan cahaya dalam meter per detik. Nilai Pt dan Pr harus memiliki satuan yang sama sedangkan Gt dan Gr tidak memiliki satuan. Nilai losses L (L = 1) biasanya dikarenakan adanya atenuasi pada jalur transmisi, filter losses dan antena losses dalam sistem komunikasi. Nilai L = 1 mengindikasikan tidak adanya loss dalam sistem perangkat keras. Model free space biasanya merepresentasikan daerah komunikasi yang berada disekitar / lingkaran transmitter. Jika receiver berada di lingkaran tersebut, semua paket akan diterima. Selain itu, paket tersebut akan tidak mungkin diterima.
Propagasi Refleksi Two Ray Ground
Dalam mobile radio channel, single direct path antara base station dan mobile terkadang hanya peralatan fisik biasa untuk propagasi dan rumus pada free space kurang akurat jika dalam penggunaannya berdiri sendiri. Model propagasi Two Ray Ground merupakan model yang berguna karena berdasar pada optik geometri dan dapat digunakan untuk direct path dan refleksi dari ground an tara transmitter dan receiver. Model ini dirasa sangat akurat untuk memperkirakan kekuatan sinyal dalam skala luas dengan jarak beberapa kilometer untuk sistem mobile radio dengan menggunakan m enara yang tinggi. Power yang diterima dengan jarak d diberikan oleh :
P¬r (d) = PtGtGrht2hr2/(d4L)
dimana ht dan hr adalah tinggi dari antena transmitter dan receiver, nilai L diasumsikan sama dengan nilai L pada propagasi free space, L = 1. Untuk parameter yang lain, masih sama dengan parameter pada propagasi free space. Berdasarakan rumus matematika diatas, power loss lebih cepat hilang dibandingkan dengan rumus matematika pada model propagasi free space ketika jaraknya bertambah. Namun, Model ini tidak memberikan hasil yang baik untuk jarak yang terlalu dekat dikarenakan osilasi yang disebabkan oleh konstruktif dan destruktif yang merupakan kombinasi dari model ini.
Pada bagian ini akan ditampilkan beberapa contoh hasil simulasi jaringan nirkabel dengan NS-2. Network Simulator-2, dikenal sebagai NS-2, digunakan sebagai program untuk menjalankan simulasi dari skenario jaringan nirkabel. NS-2 merupakan simulator jaringan diskrit dan simulator yang berbasiskan object oriented. NS-2 mendukung banyak transport agent; routing; jaringan kabel dan jaringan nirkabel; dan sebagainya. NS-2 menggunakan bahasa C++ dengan memanfaatkan Otcl sebagai interface konfigurasinya. Alasan penggunaan dua bahasa pemrograman pada NS-2 karena NS-2 memiliki banyak aplikasi yang berbeda dalam implementasiannya. Pertama, karena NS-2 membutuhkan program yang dapat memanipulasi bit, mengimplementasikan packet header, dan melakukan algoritma dengan set data yang besar. Kedua, NS-2 membutuhkan program dengan parameter yang bervariasi atau mampu menjalankan skenario dengan jaringan yang luas.
Contoh Simulasi
Propagasi Free Space
Hasil simulasi yang pertama adalah dengan menggunakan Free Space sebagai propagasinya. Pada penggunaan propagasi tersebut diterapkan pula dua metode yaitu metode basic access dan RTS/CTS. Penelitian difokuskan pada besarnya throughput yang dihasilkan dari penggunaan laju data 1 Mbps, 2 Mbps, 5.5 Mbps dan 11 Mbps. Throughput adalah banyaknya paket yang melewati media komunikasi dalam satuan bit per detik (Throughput).
Metode Basic Access
Penggunaan metode basic access pada simulasi yang pertama terdiri dari penggunaan laju data sebesar 1 Mbps, 2 Mbps, 5.5 Mbps dan 11 Mbps dimana tiap simulasinya menggunakan besar paket dari 100 byte sampai 1000 byte. Hasil simulasi pertama diberikan pada gambar berikut :
Gbr.3.3 Throughput Metode Basic Access Pada Propagasi Free Space
Pada gambar terlihat bahwa throughput semakin meningkat dengan meningkatnya paket yang dikirimkan. Namun, Jika membandingkan throughput dari laju data yang digunakan, terlihat bahwa semakin besar laju data maka semakin besar pula througput yang dihasilkan. Sebagai contoh, pada saat pengiriman paket sebesar 500 byte, throughput yang dihasilkan dengan menggunakan laju data 1 Mbps hanya sebesar 0.60 Mbps. Namun dengan menggunakan laju data 11 Mbps throughput yang dihasilkan adalah 1.59 Mbps.
Metode RTS/CTS
Gbr. 3.4 Throughput Metode RTS/CTS Pada Propagasi Free Space
Gbr. 3.4 menunjukkan performa dari penggunaan metode RTS/CTS pada propagasi Free Space. Maksimal throughput yang dihasilkan pada metode ini adalah 3.88 Mbps apabila besar paket yang dikirimkan sebesar 1000 byte. Performa dari metode ini semakin membaik dengan digunakannya laju data yang semakin besar. Sebagai contoh, pada saat paket sebesar 500 byte dikirimkan dengan menggunakan laju data sebesar 1 Mbps throughput yang dihasilkan hanya sebesar 0.79 Mbps. Sedangkan apabila dengan menggunakan besar paket yang sama dikirimkan menggunakan laju data 11 Mbps, besar throughput yang dihasilkan adalah sebesar 2.17 Mbps.
Propagasi Refleksi Two Ray Ground
Hasil simulasi yang kedua menggunakan propagasi Two Ray Ground dimana propagasi ini merupakan propagasi yang menggunakan refleksi. Maksudnya adalah sinyal yang dikirimkan tidak dapat langsung diteruskan tetapi dipantulkan terlebih dahulu oleh pembatas yang ada didepannya. Sama seperti propagasi Free Space, pada propagasi ini juga diterapkan dua metode yaitu metode basic access dan RTS/CTS dengan menggunakan laju data sebesar 1 Mbps, 2 Mbps, 5.5 Mbps dan 11 Mbps. Hasil simulasi juga masih difokuskan pada throughput Sub bab berikut merupakan hasil dari simulasi.
Metode Basic Access
Gbr. 3.5 Throughput Metode Basic Access Pada Propagasi Two Ray Ground
Gbr. 3.5 menunjukkan throughput yang dihasilkan dari simulasi dengan menggunakan metode basic access. Throughput yang dihasilkan dengan menggunakan laju data sebesar 11 Mbps mencapai lebih dari 0.25 Mbps sedangkan dengan menggunakan laju data sebesar 1 Mbps throughputnya hanya berkisar pada 0.06 Mbps ketika paket yang dikirimkan sebesar 1000 byte.
Metode RTS/CTS
Throughput yang dihasilkan dari simulasi dengan menggunakan metode RTS/CTS diberikan oleh gambar 3.6 Berdasarkan gambar terlihat pengiriman paket dengan laju data sebesar 11 Mbps masih memberikan maksimum throughput sedangkan dengan laju data sebesar 1 Mbps memberikan minimum throughput. Maksimum throughput dicapai sekitar 0.42 Mbps sedangkan minimum throughput dicapai sekitar 0.27 Mbps ketika paket yang dikirimkan sebesar 1000 byte.
Gbr. 3.6 Throughput Metode RTS/CTS Pada Propagasi Two Ray Ground
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil simulasi dengan topologi digunakan dimana nodenya berada pada koordinat berikut :
$node_(2) set Z_ 0.000000000000
$node_(2) set Y_ 199.373306816804
$node_(2) set X_ 591.256560093833
$node_(1) set Z_ 0.000000000000
$node_(1) set Y_ 345.357731779204
$node_( 1) set X_ 257.046298323157
$node_(0) set Z_ 0.000000000000
$node_( 0) set Y_ 239.438009831261
$node_(0) s e t X_ 83.364418416244
Propagasi dan metode yang tepat untuk digunakan dengan topologi tersebut adalah propagasi Two Ray Ground dengan metode basic access dimana dengan menggunakan propagasi dan metode tersebut throughput yang dihasilkan tidak lebih dari 0.30 Mbps, kanal efisiensi maksimal sebesar 8 % dan paket yang dibuang hanya 1760 bit per detik. Hasil tersebut merupakan hasil terbaik berdasarkan simulasi yang telah dilakukan dengan skenario yang telah ditentukan.
III.7 Keuntungan Jaringan Wireless
• Meningkatkan produktivitas. Jaringan wirless sangat mudah untuk diimplementasikan, sangat rapi dalam hal fisiknya yang dapat meneruskan informasi tanpa seutas kabel pun, sangat fleksibel karena bisa diimplementasikan hampir di semua lokasi dan kapan saja, dan yang menggunakannya pun tidak terikat di satu tempat saja. Dengan semua faktor yang ada ini, para penggunanya tentu dapat melakukan pekerjaan dengan lebih mudah Akibatnya pekerjaan menjadi lebih cepat dilakukan, tidak membutuhkan waktu yang lama hanya karena masalah-masalah fisikal jaringan dari PC yang mereka gunakan. Berdasarkan faktor inilah, wireless LAN tentunya dapat secara tidak langsung meningkatkan produktivitas kerja dari para penggunanya. Cukup banyak faktor penghambat yang ada dalam jaringan kabel dapat dihilangkan jika Anda menggunakan media ini. Meningkatnya produktivitas kerja para karyawannya, tentu akan sangat bermanfaat bagi perusahaan tempat mereka bekerja, bukan?
• Cepat dan sederhana implementasinya Implementasi jaringan wireless terbilang mudah dan sederhana. Mudah karena Anda hanya perlu memiliki sebuah perangkat penerima dan pemancar untuk membangun sebuah jaringan wireless. Setelah memilikinya, konfigurasi sedikit dan Anda siap menggunakan sebuah jaringan komunikasi data baru di dalam lokasi Anda. Namun, tidak sesederhana itu jika Anda menggunakan media kabel.
• Fleksibel
Media wireless LAN dapat menghubungkan Anda dengan jaringan pada tempat-tempat yang tidak bisa diwujudkan oleh media kabel. Jadi fleksibilitas media wireless ini benar-benar tinggi karena Anda bisa memasang dan menggunakannya di mana saja dan kapan saja, misalnya di pesta taman, di ruangan meeting darurat, dan banyak lagi.
• Dapat mengurangi biaya investasi.Wireless LAN sangat cocok bagi Anda yang ingin menghemat biaya yang akan dikeluarkan untuk membangun sebuah jaringan komunikasi data. Tanpa kabel berarti juga tanpa biaya, termasuk biaya kabelnya sendiri, biaya penarikan, biaya perawatan, dan masih banyak lagi. Apalagi jika Anda membangun LAN yang sering berubah-ubah, tentu biaya yang Anda keluarkan akan semakin tinggi jika menggunakan kabel.
• Skalabilitas
Dengan menggunakan media wireless LAN, ekspansi jaringan dan konfigurasi ulang terhadap sebuah jaringan tidak akan rumit untuk dilakukan seperti halnya dengan jaringan kabel. Di sinilah nilai skalabilitas jaringan WLAN cukup terasa.
• Untuk Lingkungan yang Sulit bila Menggunakan Kabel
Seringkali kita menemui suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk menggunakan kabel untuk jaringan kita karena selain sulit tentunya juga mahal dalam peng-install-annya, seperti pada gedung-gedung bersejarah, gedung-gedung bertingkat, area terbuka atau jalan-jalan raya.
• Membentuk Jaringan Sementara
Seperti di taman arena atletik, arena pameran, pemulihan pasca bencana, kantor sementara, dan tempat-tempat konstruksi yang menginginkan wireless LAN yang sementara saja.
• Tempat yang Sering Ditata Ulang
Show room, ruang pertemuan,toko swalayan, dan tempat-tempat yang sering ditata ulang.
• Jaringan Small Office and Home Office (SOHO)
Untuk SOHO biasanya membutuhkan teknologi yang hemat, mudah dan cepat dalam peng-instal-lan suatu jaringan yang kecil
• Untuk Mem-back up LAN yang Meggunakan Kabel
Pengelola jaringan biasa menerapkan wireless LAN untuk Mem-back aplikasi yang sedang bekerja pada jaringan yang menggunakan kabel.
• Fasilitas Pelatihan atau Pendidikan
Tempat pelatihan atau universitas biasanya menggunakan wireless LAN untuk memudahkan akses informasi atau pertukaran data dan untuk pembelajaran.
Disamping itu wireless juga memiliki keunggulan lainnya,yaitu:
• Biaya pemeliharaan murah
• Pembagunan jaringan cepat
• Mudah dikembangkan
• Mudah dan murah untuk direlokasi
• Infrastruktur berdimensi kecil
Adapun kelemahan wireless yaitu:
• Biaya peralatan mahal
• Keamanan data rentan
• Interferensi gelombang radio
• Delay yang sangat besar
III.7 Kelemahan Jaringan Ad Hoc
Jaringan wireless Ad-Hoc ini tentu akan dapat menimbulkan kekacauan bagi jaringan wireless yang sebenarnya. Dengan membentuk sebuah jaringan sendiri di luar dari jaringan wireless dari AP yang ada, tentu ada beberapa masalah yang akan ditimbulkannya. Pertama, jaringan Ad-Hoc ini mungkin akan menggunakan bandwidth frekuensi yang terbatas yang juga digunakan oleh jaringan wireless sesungguhnya. Jadi, antara jaringan Ad-Hoc dengan jaringan wireless sesungguhnya harus saling berbagi bandwidth frekuensi. Tentu ini cukup mengganggu kelangsungan jaringan wireless yang sesungguhnya.
Masalah lain yang dapat ditimbulkan dengan adanya jaringan Ad-Hoc ini adalah keamanan jaringan utama yang menjadi terbuka. Jaringan wireless Ad-Hoc ini dapat dijadikan gateway bagi para penyusup untuk masuk ke dalam jaringan utamanya. Hal ini disebabkan karena jaringan ini sangat sulit untuk diatur secara terpusat. Memantau propagasi sinyal radionya juga hampir mustahil. Jaringan Ad-Hoc menjadi mudah sekali untuk dimasuki dan dikacaukan karena kesulitan memonitornya ini. Terlebih lagi para hacker dapat dengan mudah masuk ke dalam jaringan utamanya dengan cara melakukan hacking terhadap perangkat yang tergabung dalam jaringan Ad-Hoc tersebut dan kemudian melakukan bridging ke jaringan utamanya. Jalan menuju jaringan utama menjadi terbuka lebar.
III.8 Metode Mengamankan Jaringan Wireless
Ada beberapa metode yang dapat Anda gunakan untuk “sedikit” mengamankan jaringan wireless yang tak kasat mata ini. Dikatakan sedikit karena jaringan wireless memang sangat rentan dari segi keamanannya. Karena media ini bekerja pada udara terbuka dan bebas, maka sinyal-sinyal komunikasi ini dapat dengan mudah ditangkap oleh siapapun.
Untuk itu, ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk lebih mempersulit para pengganggu untuk mengacau jaringan wireless. Metode tersebut adalah WEP, WPA, dan 802.1x.
1. WEP
Teknik pengaman jaringan wireless yang satu ini merupakan kepanjangan dari Wired Equivalent Privacy. Teknik ini merupakan fasilitas opsional yang ada di dalam standar 802.11. Fitur ini akan membuat jaringan wireless Anda mempunyai keamanan yang hampir sama dengan apa yang ada dalam jaringan kabel. WEP menggunakan sistem enkripsi untuk memproteksi pengguna wireless dalam level yang paling dasar. WEP memungkinkan administrator jaringan wireless membuat encription key yang akan digunakan untuk mengenkripsi data sebelum dikirimkan melalui jalan udara. Encription key ini biasanya dibuat dari 64 bit key awal dan dipadukan dengan algoritma enkripsi RC4. Ketika fasilitas WEP diaktifkan, maka semua perangkat wireless (AP dan client) yang ada di jaringan harus dikonfigurasi dengan menggunakan key yang sama. Hak akses dari seseorang atau sebuah perangkat akan ditolak jika key yang dimasukkan tidak sama.
2. WPA
WI-FI Protected Access atau disingkat dengan istilah WPA, merupakan teknik pengaman jaringan wireless LAN yang diklaim lebih canggih dari WEP. Dengan disertai teknik enkripsi yang lebih advanced dan tambahan pengaman berupa otentikasi dari penggunanya, maka WPA akan jauh lebih hebat mengamankan Anda pengguna WLAN.
3. 802.1x
Teknik pengaman yang satu ini akan mengharuskan semua pengguna jaringan wireless untuk melakukan proses otentikasi terlebih dahulu sebelum dapat bergabung dalam jaringan. Sistem otentikasinya dapat dilakukan dengan banyak cara, namun sistem otentikasi menggunakan pertukaran key secara dinamik. Sistem pertukaran key secara dinamik ini dapat dibuat dengan menggunakan Extensible Authentication Protocol (EAP). Sistem EAP ini sudah cukup banyak terdapat di dalam implementasi fasilitas-fasilitas di RADIUS.
Dalam metode ini, software key management dimasukkan pada perangkat WLAN client. Dalam asosiasi pertama dengan perangkat AP, software tersebut akan memberitahukan pengguna untuk memasukkan identitas jaringan WLAN yang ingin dimasukki seperti username password misalnya. Identitas ini kemudian diteruskan ke EAP atau RADIUS server melalui AP untuk proses otentikasi. Ketika authentikasi berhasil, seperangkat encription key diberikan untuk perangkat AP dan juga client untuk dapat saling berkomunikasi. Namun, key ini hanya berlaku dalam satu sesi komunikasi saja. Ketika penggunanya melakukan roaming atau berpindah-pindah AP, maka encryption key yang dinamik ini akan dikirimkan oleh AP yang memilikinya ke seluruh AP yang terkoneksi dengannya.
III.9 Konfigurasi Ad Hoc
Pada mode Ad Hoc ini, untuk melakukan interaksi dengan komputer lain, semua komputer yang akan dihubungkan harus memiliki ireless adapter atau untuk laptop mmiliki fasilitas Wi-Fi. Salah satu komputer pada mode ini dijadikan SSID Broadcaster.
Berikut adalah langkah-langkah instalasi dan konfigurasinya pada salah satu komputer yang ingin dijadkan SSID Broadcaster:
1. Aktifkan wireless adapter masing-masing komputer yang akan dihubungkan dengan n jaringan.
2. Klik kanan pada icon Network Wireless Connection ada taskbar seperti gambar 3.3 lalu pilih View Available Wireless Network, maka akan mucul seperti gambar 3.4.
Gbr.3.3 Membuka Wireless Network Connection
3. Klik change the order preferred Network maka akan muncul seperti gambar 3.5.
Gbr.3.4 Koneksi ke Access Point pada Windows Network Connection
4. Klik Add pada kolom Preferred Network lalu ketikkan nama Network yang akan digunakan pada kolom Network Name. Perhatikan gambar 3.5. Contoh nama SSID Broadcasternya adalah Ad Hoc.
Gbr.3.5 Setting SSID Broadcaster
5. Klik OK
6. Kembali pada status gambar 3.4. Klik refresh Network list maka akan muncul koneksi Ad Hoc dengan nama SSID Ad Hoc.
Gbr.3.6 Setting IP Address
7. Kemudian pilihlah opsi Change advance setting maka muncul gambar 3.6 bagian kiri. Klik 2 kali pada opsi internet protocol (TCP/IP) maka akan muncul gambar 3.6 selanjutnya.
8. Kemudian setting pada masing-masing komputer dengan IP address yng berbeda dengan aturan 192.168.1.xxx dengan xxx adalah sesuai angka yang diharapkan dalam range 1 /d 254. misal (192.168.1.65).
9. Tentukan subnet mask-nya dengan 255.255.255.0 untuk membentuk jaringan likal. Kosongkan gateway-nya.
10. Klik OK untuk verifikasi.
11. Tes koneksi dengan command PING pada command prompt, bila terhubung maka komputer-komputer tersebut siap berkomunikasi dalam jaringan Ad Hoc secara peer to peer.

0

Cara Install NAM dan Xgraph NS2 (Solved)

Posted by Alfian Abdul Ghaffar on 11.32
1. xgraph
Xgraph is not considered important, and was never created.
It's a old tool, 2001 and will usually not build on a new Linux.

But you can use a binary from a Debian package :
http://packages.debian.org/stable/math/xgraph
http://ftp.de.debian.org/debian/pool....1-10_i386.deb
> xgraph_12.1-10_i386.deb
Unpack with : 1) ar -x xgraph_12.1-10_i386.deb
2) tar xvf data.tar.gz , and copy 'xgraph' to /usr/local/bin/

Can be tested with ns-allinone-2.34/xgraph-12.1/examples/...

 2. NAM

Nam is a separate application : Any 'nam' can be used.
E.g. https://docs.google.com/uc?id=0B7S25...=CLPiyxo&hl=en
> > nam-1.14.i586.tar.gz

Untar the package to /usr/local/bin/ : And it is in a system path.
Or 'tar xvf nam-1.14.i586.tar.gz' anywhere and : sudo cp nam /usr/local/bin/
> > Tested on Ubuntu 9.10 → → Works perfect.

More info here, post # 8
http://www.linuxquestions.org/questi...9/#post4287321


Original resource from :http://www.linuxquestions.org/questions/aix-43/ns2-33-intallation-and-path-setting-818634/#4

0

How To Install NS 2.33

Posted by Alfian Abdul Ghaffar on 02.25

I am working on Ad hoc research since more than a year and here i am summarizing some of the issues i faced during my research related to tools and technology.

1. The procedure for installing NS-2.33 in Ubuntu 10.04


The procedure for installing NS-2.33 in Ubuntu 10.04
1. Download ns-allinone-2.33.tar from here.
2. Place it in somewhere, e.g. /home/programmer, then extract it.

$ cd /home/programmer
$ tar -xvf ns-allinone-2.33.tar


3. Download & install some packages from repository

$ sudo apt-get install build-essential autoconf automake libxmu-dev gcc-4.3

*Edit Makefile.in*
- $ cd ns-allinone-2.33/otcl-1.13
- $ gedit Makefile.in
- Find the line with
CC = @CC@
and Change it to
CC = gcc-4.3


4. Install the ns2.33

$ cd ns-allinone-2.33
$ ./install


5. Edit some paths

$ gedit ~/.bashrc


Put these lines on that file. Off course, you might change /home/programmer
for it depends on where you extract ns-allinone-2.33.tar.

# LD_LIBRARY_PATH
OTCL_LIB=/home/programmer/ns-allinone-2.33/otcl-1.13
NS2_LIB=/home/programmer/ns-allinone-2.33/lib
X11_LIB=/usr/X11R6/lib
USR_LOCAL_LIB=/usr/local/lib
export LD_LIBRARY_PATH=$LD_LIBRARY_PATH:$OTCL_LIB:$NS2_LIB
:$X11_LIB:$USR_LOCAL_LIB

# TCL_LIBRARY
TCL_LIB=/home/programmer/ns-allinone-2.33/tcl8.4.18/library
USR_LIB=/usr/lib
export TCL_LIBRARY=$TCL_LIB:$USR_LIB

# PATH
XGRAPH=/home/programmer/ns-allinone-2.33/bin:/home/programmer/ns-allinone-2.33/tcl8.4.18/unix:/home/programmer/ns-allinone-2.33/tk8.4.18/unix:/home/programmer/ns-allinone-2.33/xgraph-12.1/
NS=/home/programmer/ns-allinone-2.33/ns-2.33/
NAM=/home/programmer/ns-allinone-2.33/nam-1.13/
export PATH=$PATH:$XGRAPH:$NS:$NAM


6. Validate it (take very long time compare to install process)

$ cd ns-2.33
$ ./validate


7. (Optionally) Create a symlink, so that ns can be called from everywhere

$ sudo ln -s /home/programmer/ns-allinone-2.33/ns-2.33/ns /usr/bin/ns


8. Let it take effect immediately

$ source ~/.bashrc


9. Try to run it (and pray :) )

$ ns


10. If the installation success, you will see % at the command prompt. Type
following command to exit

% exit

Original resource from :
http://hackingstuforbeginners.blogspot.com/2011/10/ns-233-installation-on-ubuntu-1004.html

0

Apa itu UNICAST DAN MULTICAST??

Posted by Alfian Abdul Ghaffar on 07.25

eheu..reden, sekedar info..multicast itu juga sebenernya broadcast loh 

jadi multicast itu pada dasarnya broadcast jika server berada di satu network (subnet)..jadi misal nih kita bikin server di subnet 200 dan kita kirim data secara multicast, maka semua host yang ada di subnet 200 bakalan nerima tu data

yang membedakan disini, diantaranya :

1. kemampuan paket untuk melintas melewati sebuah router, ingat..secara default, router akan melakukan drop paket broadcast..kenapa? nah klo ini mendingan baca lagi konsep layering di TCP/IP

2. menggunakan alamat IP kelas D yaitu 224.0.0.0/4, jangan diartikan server harus di set pada alamat tersebut lho yak..tapi sebenernya konsep multicast ini sedikit aneh..tar di jelasin di bawah aja

3. pengirim hanya akan mengirimkan satu stream data saja untuk banyak client sekaligus, sedangkan router bertugas menggandakan data tersebut untuk beberapa client dibawahnya yang tergabung dalam alamat multicast.

Nah skarang masalah IP kelas D, misal server ada di subnet 200, server menggunakan IP address 10.14.200.31, dia akan mengirimkan data secara multicast maka pada server tinggal di set kirimkan data ini ke alamat multicast 224.10.10.10. Dari situ, nantinya semua client yang menginginkan data tersebut harus menggabungkan diri ke alamat tersebut. Caranya? eheu...ya byasa aja sih, kalo dalam hal ini kasusnya stream audio ya di winamp tinggal di play udp:@224.10.10.10 (misalnya).

Apakah hal ini efektif? jawabannya iya untuk hubungan antar subnet, tapi efeknya? yaph..banjir data di subnet yang sama dengan pengirim...

Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat dari artikel2 tentang multicast..trus sebagai catetan..router yang dapat melewatkan paket multicast juga khusus, byasanya disebut multicast enable router...

PS : itu keknya gw tau siapa biang keladi tugas besar itu..ehe, jangan keburu serem..sebenernya yang dibuat sebelumnya itu cuman broadcast (dia pake judul multicast tapi dilakukan dalam satu subnet)

Balas dengan quote

0

Trace Graph untuk NS2

Posted by Alfian Abdul Ghaffar on 21.25
Biasanya pada NS - 2 telah disediakan paket graph untuk memunculkan dan menganalisa grafik suatu script tr . Biasanya sih make xgraph yang udah ada di dalam folder ns-allinone . Cara nompile sgraph cukup gampang , yaitu :

1. Masuk ke folder xgraph .
    #cd xgraph (tergantung seri foldernya)
    #ls
setelah listnya ditampilkan, maka akan muncul file "install" . file inilah yang digunakan untuk menginstal si xgraph .
2. karena file instal belum bisa dieksekusi, maka kita ubah dulu bentuknya
    #sudo make
    #sudo make install
setelah filenya berubah (berwarna hijau), file tinggal di-run
    #./install
3. Maka file tersebut akan menginstal si xgraph . Nah habis itu di configure
    #./configure
4. Udah deh, perhatiin ada bug / eror ngga . kalo ngga, berarti xgraph bisa dijalankan.
    #xgraph aduhguepusingbanget.tr
ntar muncul deh grafik yg sesuai dengan parameter yg kita buat di file tcl

 
Naah kita tinggal menganalisa grafik2 ini . 
tapi kadang pada OS atau NS tertentu, xgraphnya ga support atau ga mau di run . Naah itu dia yg bikin kesel. Sebenarnya kalo mau ngoprek NS, kita bagusnya make Slackware, karna si Slackware ini udah support banget ama ns. Jarang banget ada bug2 ato erornya.
Kebetulan gw make ubuntu yg cukup punya banyak mslh dengan si NS-2 ini . Kemaren tuh mau nge-trace. Tapi ternyata Xgraphnya ga mau dieksekusi. Menurut saran senior, kita harus nginstal tracegraph yang lain, yaitu tr-graph . Tapi berhubung gw belum nemu sourcenya, tr-graph ini akan gue gelasin ntar aja.

Eeeh, ketinggalan. Gw baru dapet solusi xgraph yang kemarin. ternyata si xgraph ini cuma bisa dipake buat ngetrace file .tr yg dihasilkan oleh delay.awk . jadi si xgraph cuma dipake buat ngetrace delay . katanya kalo mau ngetrace yg lain kudu nambahin patch lagi (tapi gw jg blm ngerti).

sekiaan :D

0

Contohku

Posted by Alfian Abdul Ghaffar on 09.44
set ns [new Simulator]
set nf [open out.nam w]

$ns namtrace-all $nf

proc finish {} {
    global ns nf
    $ns flush-trace
    close $nf
    exec nam out.nam &
    exit 0
}

set n0 [$ns node]
set n1 [$ns node]
set n2 [$ns node]
set n3 [$ns node]


$ns duplex-link $n0 $n2 1Mb 10ms DropTail
$ns duplex-link $n1 $n2 1Mb 10ms DropTail
$ns duplex-link $n3 $n2 1Mb 10ms DropTail

set tcp0 [new Agent/TCP]
$ns attach-agent $n0 $tcp0
set udp0 [new Agent/UDP]
$ns attach-agent $n1 $udp0

set sink0 [new Agent/TCPSink]
$ns attach-agent $n3 $sink0
set null0 [new Agent/Null]
$ns attach-agent $n3 $null0

$udp0 set class_ 1
$tcp0 set class_ 2
$ns color 1 Blue
$ns color 2 Red
$ns connect $udp0 $null0
$ns connect $tcp0 $sink0

set ftp0 [new Application/FTP]
$ftp0 attach-agent $tcp0

set cbr0 [new Application/Traffic/CBR]
$cbr0 attach-agent $udp0

$ns at 0.5 "$cbr0 start"
$ns at 4.5 "$cbr0 stop"
$ns at 0.5 "$ftp0 start"
$ns at 4.5 "$ftp0 stop"

$ns at 5.0 "finish"

$ns run



Copyright © 2009 Doa, Usaha dan Secercah Harapan All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.